Search

APK dan JOGJA

Friday, November 15, 2013

Pantangan Orang Lamongan Memakan Lele (Yayuk Eka Liana)



Sejarah singkat mengenai ikan lele mengapit keris pusaka yang menjadi lambang dari kota Lamongan. Dahulu, ada seorang Nyi Lurah yang meminjam keris kepada salah seorang sunan (Sunan Ampel) untuk mencegah keributan dan menjaga kewibawaan diwilayahnya (Bojonegoro). Kanjeng Sunan akan memberikan keris dengan beberapa syarat diantaranya tidak boleh menggunakan keris untuk kekerasan dan harus dikembalikan kepada Sunan tersebut secara langsung setelah tujuh bulan.

Setelah tujuh bulan terlewati, keris belum dikembalikan kepada Kanjeng Sunan. Kemudian ia mengutus muridnya untuk mengambil keris tersebut. Alhasil Nyi Lurah tidak mau mengembalikan keris kepada Kanjeng Sunan, akhirnya keris itu secara diam-diam diambil oleh sang murid. Namun, Nyi Lurah menyadari bahwa keris pusaka telah dicuri. Seluruh warga berbondong-bondong mengejarnya, ketika anak tombak dilemparkan kedadanya ternyata seekor kijang lewat, sang murid bersyukur kepada Allah dan bersumpah bahwa anak cucu dan keturunannya tidak akan makan daging kijang. Sang murid melanjutkan perjalanan ke Surabaya hingga terjebak pada sebuah kolam lele. Namun, dengan keyakinan hati sang murid menceburkan dirinya tapi tak satupun ikan lele menyerangnya. Penduduk mengalihkan pencarian ketempat lain karena menganggap bahwa sang murid tidak mungkin masuk kolam penuh ikan lele yang memiliki pathil sangat mematikan. Dengan mengucap puji syukur kepada Allah dan kembali bersumpah bahwa anak cucu dan keturunannya tidak akan makan ikan lele. Akhirnya keris berhasil diserahkan kepada Kanjeng Sunan.
Daerah tempat diucapkannya wasiat tersebut berada disekitar daerah Glagah Lamongan. Hingga saat ini kebanyakan masyarakat Lamongan di daerah Glagah, tengah kota, dan pesisir sangat jarang makan ikan lele sebagai lauk pauknya. Apalagi yang berdarah asli Lamongan (ayah dan ibu asli Lamongan). Masyarakat khawatir ada keturunan sang murid Kanjeng Sunan dan takut melanggar sumpah. Jika melanggar, maka pigmen diarea tangan atau tubuhnya memudar sehingga warna kulit menyerupai ikan lele. Meskipun pada umumnya orang sekitar Glagah, Deket dan sekitarnya di era sekarang ini banyak yang beternak ikan lele, namun jarang sekali masyarakat yang memakan ikan tersebut. Ternyata sebagian dari masyarakat Lamongan, khususnya di daerah Glagah, tengah kota, dan pesisir menjadikan hal itu sebagai perbuatan yang terlarang menurut adat atau kepercayaan. Namun, hal ini tidak berlaku bagi masyarakat yang mempunyai ayah dari luar Lamongan atau tinggal jauh di wilayah Lamongan bagian selatan dan barat.








Jangan Lupa di Like Ya!!!






Silahkan berkomentar, kritik dan saran disini!!!